PENGABULAN DO'A


وَاِذَا سَاَلَكَ عِبَادِىْ عَنِّىْ فَاِنِّىْ قَرِيْبٌط اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِلا فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لىِ وَلْيُؤْمِنُوْابِى لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ
“Dan apabila hamba-hamba Ku bertanya kepada engkau tentang Aku, katakanlah, ‘Sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan do’a orang yang memohon apabila ia mendo’a kepada Ku. Maka hendaklah mereka menyambut seruan Ku dan beriman kepada Ku supaya mereka mengikuti jalan yang benar”. [Al Baqarah 2: 187]
1. Mengapa do’a diwajibkan?

a. Pertama adalah supaya mereka setiap saat dan setiap keadaan selalu menghadap kepada Allah SWT, sehingga Tauhid akan selalu kokoh di hati mereka. Karena memohon kepada Allah Ta’ala berarti menyatakan bahwa hanya Allah Ta’ala yang dapat mengabulkan.
b. Kedua adalah supaya iman mereka menjadi kokoh ketika do’a-do’a itu dikabulkan dan maksud-maksud mereka tercapai
c. Ketiga adalah jika disatu segi sokongan/ pertolongan Allah itu ada, maka hikmah dan ilmu mereka bertambah.
d. Keempat adalah jika pengabulan do’a itu dijanjikan dengan ilham dan ru’ya, lalu seperti itu juga sempurnanya, maka makrifat Ilahi itu semakin bertambah. Dari makrifat itu akan timbul keyakinan. Dan dari keyakinan itu akan timbul kecintaan. Dan dari kecintaan itu manusia akan terputus dari setiap dosa dan syirik, yang mana semua hal ini adalah buah dari najat (keselamatan) yang sebenarnya. [Ayaam-e-Sulh, h. 12-13]

2. Bagaimana kita berdo’a?
a. Kenali Allah SWT, Seorang hamba yang belum mengenal Tuhan, ia tidak akan yakin akan kemampuan Nya. Tuhan pun akan lebih suka memberikan kasih sayang Nya kepada yang Dia kenal.
b. Dekati Allah SWT, semakin banyak hamba dalam berdo’a, maka ia akan semakin dekat dengan Nya, selanjutnya Allah SWT akan lebih memperhatikannya.
c. Rintihan do’a yang sendu akan membangkitkan rahmat dan karunia lalu menarik pengabulan Nya. Seperti bayi yang menangis minta ASI kepada ibunya.
d. Berdo’a tanpa putus asa, seperti pengemis yang meminta tanpa perduli, sampai orang kasihan dan membantunya.
e. Berdo’a dengan tatakrama (jangan tergesa-gesa), yaitu jangan berprasangka buruk kepada Allah SWT, bahwa Allah SWT tidak akan mengabulkan do’anya.
f. Jangan mengancam Tuhan dengan iman sebagai taruhannya.
g. Jangan berdo’a melawan kehendak Tuhan atas apa yang sudah menjadi Sunatullah
h. Berdo’alah dalam bahasa sendiri, sehingga kita lebih paham dengan yang kita minta.
i. Berdo’alah ditengah malam sunyi dan sesudah shalat fardhu
j. Berdo’alah untuk kebaikan bagi muslim yang lain, karena seperti baginya akan diberikan.
k. Tidak menguji Tuhan, berdo’a berarti berikhtiar yaitu berusaha sekuat tenaga.

3. Bentuk Pengabulan Do’a
a. Dalam bentuk penolakan, sifat orang mukmin sekalipun tidak diberikan apa yang ia minta kepada Tuhan, itu tidak menjadikan putus asa. Bahkan dia menyadari bahwa tidak diberikanya apa yang dia minta itu adalah bentuk kasih sayang Tuhan. Tuhan menganggap itu tidak bermanfaat, bahkan mungkin mencelakakan.
b. Memberikan dalam bentuk lain, terkadang apa yang diminta oleh seorang mukmin merupakan sesuatu yang tidak dibutuhkannya, sehingga Tuhan menggantinya dalam bentuk yang memang dibutuhkan oleh hamba tersebut
c. Dikabulkan sesuai waktunya, seperti seorang petani yang menanam benih padi, kemudian menjadi tunas, tumbuh dan selanjutnya setelah beberapa bulan barulah dapat dipanen.
d. Dikabulkan sesuai dengan apa yang diminta, Allah SWT adalah yang paling mengetahui apa yang diperlukan hamba Nya, sehingga ketika permintaan orang mukmin itu memang dibutuhkan sebagai najat (keselamatan), maka akan dikabulkan.

رَبَّنَا اتِنَا فِىْ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِىْ اْلاخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار
“Yaa Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat,
dan jauhkanlah kami dari api neraka”.